Hari Jumat terakhir di Bulan Rajab kemarin menyisakan sedikit peringatan yang sulit untuk dilupakan. Peringatan yang disampaikan Khatib sangatlah sederhana sekali, tetapi begitu menyentuh karena saya sendiri tahu bahwa peringatan tersebut memang tajam untuk masyarakat modern sekarang ini.
Khatib bercerita bahwa pada zaman dahulu, Nabi Ya’qub ketika sudah tua melontarkan pertanyaan kepada anak-anaknya.
“Nak, setelah aku mati nanti, Masihkah kalian menyembah Tuhan (Allah)?”
Pertanyaan yang sederhana tersebut dijabarkan sangat panjang oleh Khatib selama kurang lebih setengah jam. Karena saya tidak ketiduran waktu itu, sekarang saya akan memberikan sedikit catatan berikut. yang masih dalam ingatan.
Kita tahu bahwa di dunia ini, khususnya di Indonesia apa-apa membutuhkan uang. Sekolah, butuh uang. Kuliah, butuh uang. Untuk makan sehari-hari, butuh uang. Sandang dan papan, juga butuh uang. Semuanya perlu dengan uang.
Terus, uang bisa didapatkan dengan bekerja, maka tidak salah jika semboyannya, kerja-kerja-kerja. Mau uang, ya harus bekerja.
Orang zaman dahulu, yang dicontohkan Nabi Ya’qub ketika menanyai anaknya adalah perihal agama. Pertanyaan penting yang orangtuanya takut sekali jika sampai-sampai anaknya murtad dan memilih tuhan yang lain.
Orang tua sekarang, tidak menutup kemungkinan orang tua saya juga, sudah tidak lagi sama pertanyaannya dengan orang tua zaman dulu. Mereka sudah terdoktrin dengan kehidupan modern yang menawarkan kenikmatan sesaat. Yang percaya bahwa yang kaya adalah orang yang sukses. Mereka lebih mendewakan penglihatan jasmani daripada penglihatan batin atau rohani.
Hasilnya, pertanyaan yang keluar adalah,
“Nak, nanti mau kerja apa?”
“Bayarannya berapa?”
Saya sendiri sebagai anak, apabila mendapatkan pertanyaan tersebut akan sedikit tertekan dan akan selalu teringat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut secara otomatis akan terngiang-ngiang, selanjutnya terpatri dalam hati dan menjadi tujuan hidup.
Jadi, pada akhirnya para anak di zaman modern ini berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan yang layak. Sebuah pekerjaan yang menawarkan kesejahteraan ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga.
Sang khatib menambahkan bahwa, hidup di dunia ini itu tidak sekedar bekerja dan mencari uang. Sejatinya kita hanyalah hamba yang disuruh untuk beribadah. Bekerja hanya sebagai penyambung hidup, bukanlah tujuan hidup. Maka setiap kita bekerja, janganlah menggebu-gebu, terlalu berhasrat untuk mendapatkan uang dan uang. Bekerjalah semampunya dan tetap dibarengi dengan doa.
Wohoho. Inilah yang sulit dilakukan bagi para pemuda. Seperti saya yang masih mempunyai darah muda tentu hasrat untuk bekerja dan mencari uang masihlah tinggi. Belum mampu melepaskan hasrat dan belengguan keinginan akan dunia. Jiwa ini masihlah rapuh akan gemerlapnya dunia.
Setidaknya, tanggapan saya juga positif bahwa apa yang mungkin nanti saya kerjakan tidaklah sebagai tujuan hidup saya. Saya akan tetap berpegang teguh pada agama dan menjadikan pekerjaan sebagai penghidupan bagi ibadah saya.
Itulah peringatan yang disampaikan Khatib di bulan yang mulia ini, Rajab.
Pelajaran yang mungkin bisa diambil bagi para orangtua adalah memberikan pondasi agama pada anaknya di tahun-tahun awal pertumbuhannya. Memberikan pengetahuan atas Tuhan secara rinci dan detail serta ajaran-ajaran-Nya yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Apabila nanti mereka sudah mulai bekerja, Insyaallah pegangan agama tidak terlepas dari kehidupannya sehari-hari.
Seperti itu catatan saya di akhir Bulan Rajab tahun ini, semoga membawa manfaat bagi saya dan teman-teman.