
Title: Gadis Berbunga Kamelia: Roman Klasik yang Menyentuh
Author: Alexandre Dumas JR
Translator: Rika Iffati
Publisher: Bentang Pustaka
Published: 2009
Page: 319 p
ISBN: 978-979-1227-47-6
Detail: Goodreads
Sudah dua buku yang saya baca mengenai pelacur –termasuk novel ini. Kesemuanya novel. Satunya yaitu bukunya Eka Kurniawan, Cantik Itu Luka.
Wanita penghibur mendapat jatah tersendiri dalam strata sosial kehidupan bermasyarakat. Mereka juga mempunyai prinsip-prinsip yang apabila ditabrakkan dengan prinsip manusia kebanyakan akan bertolak belakang. Prinsip mereka misterius, mungkin yang paham hanyalah mereka dan Tuhan mereka.
Saya mendapatkan buku ini di salah satu perpustakaan terbesar di Yogyakarta. Sebenarnya saya pinjamnya seminggu sebelum Ramadhan, tetapi baru kelar seminggu setelah Ramadhan.
Penjabaran cerita dalam buku ini tidak seterbuka Cantik Itu Luka. Ceritanya lebih menuju ke romantika sebuah hubungan. Jadi, tidak ada salahnya jika menjadikan list untuk diselesaikan di Bulan Ramadhan.
REVIEW
Gadis berbunga Kamelia atau lebih akrab dipanggil Madam Marguerite adalah seorang wanita penghibur terkenal di Paris yang meninggal sekitar tahun 1847 M. Hampir setiap pria yang tinggal di Paris akan mengenalnya karena kecantikan dan keanggunannya. Marguerite meliliki pesona tersendiri dibandingkan wanita penghibur lainnya. Dia tidak semanja wanita penghibur lainnya.
Pada saat menghadiri pesta atau pada saat menonton teater, kebanyakan teman-temannya hampir selalu menggandeng pria untuk dipamerkan, tapi, tidak dengan Marguerite. Dia biasa berjalan sendiri. Menghadiri pesta sendiri. Menonton teater sendiri. Dia tidak peduli, ada atau tidaknya lelaki yang bersamanya. Dia menganggap sama saja.
Seperti wanita-wanita penghibur lainnya, bagi mereka tidak ada cinta sejati dalam hidup. Cinta hanyalah hasrat sementara yang kudu dipuaskan. Bagi mereka cinta kaum lelaki tidak pernah utuh bahkan mereka menganggap cinta lelaki hanyalah rayuan belaka untuk mendapatkan satu malam bercinta atau lebih bersamanya.
Kehidupan wanita penghibur di Paris sangatlah mahal termasuk kehidupan Marguerite yang sebulan bisa menghabiskan uang tujuh ribu france. Tetapi, itu tidak masalah baginya karena sumber uangnya sangat setia dan selalu memenuhi kebutuhannya.
Adalah Armand Duval, seorang lelaki yang membuat Marguerite kembali ke kesucian yang ia yakini. Lelaki yang membawanya dalam kebahagiaan dan menyeretnya pada kesengsaraan cinta. Armand menjadi madu sekaligus duri dalam akhir kehidupan Marguerite.
Dalam awal-awal pertemuan, Armand adalah pemuda yang membawa cinta suci untuk Marguerite. Pemuda kampung yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang wanita penghibur.
Ketika Marguerite jatuh sakit, Armandlah yang menanyakan keadaan Marguerite setiap harinya selama satu bulan penuh tanpa meninggalkan identitas. Ini adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang yang belum kenalan satu sama lain tetapi dalam hati salah satunya sudah tumbuh benih-benih cinta.
Dan setelah takdir menemukan mereka pada pertemuan pertama, Armand langsung mengungkapakan cintanya.
“Dengar, Marguerite, entah pengaruh apa yang telah engkau tanamkan kepada kehidupanku, tetapi saat ini, tak satu wanita pun, bahkan saudara perempuanku, yang membuatku merasakan ketertarikan yang saat ini kurasakan untukmu. Sudah seperti ini keadaannya sejak pertama kali aku melihatmu. Nah, demi Tuhan, jaga kesehatanmu. Jangan menjalani kehidupan seperti yang kau lakukan saat ini.” (Hal 105).
Meskipun Marguerite berkali-kali mendapatkan pernyataan cinta dari para pria, tetapi, Marguerite tahu betul cinta mana yang tulus dan gombal. Pemuda itu berkata dengan sungguh-sungguh karena disertai tetesan airmata kepedulian akan kesehatan Marguerite.
Menjadi kekasih seorang wanita penghibur tidaklah mudah sekaligus tidak murah. Marguerite tidak mau menjadikan Armand bangkrut dalam sekejap karena berusaha mencintainya. Dan apa yang dikatakan Armand, setelah Marguerite menyarankan untuk menjadikan hubungannya sebatas pertemanan saja?
“Sejak aku melihatmu, entah mengapa, kau telah menduduki suatu tempat dalam hidupku. Jika aku mencoba mengenyahkan pikiran tentangmu dari benakku, pikiran itu selalu kembali lagi. Ketika aku berjumpa denganmu hari ini, setelah tak melihatmu selama dua tahun, kau meninggalkan kesan yang lebih dalam di hati dan pikiranku ketimbang sebelumnya karena sekarang kau telah mengizinkanku datang mengunjungimu, karena aku telah mengenalmu, karena aku telah mengetahui segala keanehan dalam dirimu. Kau telah menjadi kebutuhan hidupku dan kau akan membuatku gila, bukan saja kalau kau tak mencintaiku, tetapi juga kalau kau tak memperbolehkanku mencintaimu.” (Hal 109).
Tetapi, bagaimana pun, pada akhirnya Marguerite menerima cintanya Armand. Cinta yang tulus itu juga disambut dengan cinta yang murni oleh Marguerite. Bagi Marguerite, cinta dari Armand adalah cinta yang ia nanti-nantikan. Cinta yang dapat menghapus segala masa lalunya dan menyambut kebahagiaan-kebahagiaan selanjutnya.
Mereka saling mencintai. Sangat saling mencintai. Hingga pada suatu waktu Marguerite meminta kepada Duke –orang tua yang menganggapnya anak, untuk membelikan rumah kecil di Bougival –pedesaaan di Paris. Dalihnya untuk beristirahat dan menikmati pedesaan supaya penyakit TBC yang ia derita segera sembuh.
Tetapi, itu hanyalah sebuah dalih semata. Ujungnya, rumah itu digunakan Marguerite dan Armand untuk menikmati kebersamaan dan kebahagiaan.
Saking cintanya, Marguerite tidak pernah meminta apapun dari Armand. Apapun. Malahan semua yang dimiliki Marguerite –perhiasan, kereta, gaun semuanya dijual dan digadaikan untuk memenuhi kebutuhan dan melunasi hutang-hutangnya.
Jalan cinta tidak selalu mulus. Ada selalu rintangan dan halangan untuk menguji sebuah hubungan. Pun hubungan asmara antara Marguerite dan Armand Duval.
Masalah datang ketika Ayah Armand tidak menyetujui hubungan mereka. Ayah Armand menganggap bahwa hubungan mereka hanyalah cinta sesaat dan akan merusak masa depan Armand yang masih panjang. Madam Marguerite dianggap masih seperti dulu yang bisa membuat bangkrut siapa saja yang menjadi kekasihnya, termasuk Armand.
Maka dari itu dengan permohonan dan intervensi yang menyentuh dari Ayah Armand, akhirnya Marguerite pun memilih keputusan yang sangat ia benci. Ia harus memutus hubungan dengan Armand bagaimana pun caranya. Tentu saja demi kebahagiaan keluarga besar Armand Duval dan demi berlangsungnya pernikahan adik perempuan Armand Duval.
Dengan tangisan dan rintihan sakitnya perpisahan, akhirnya meluncurlah surat yang ditulis Marguerite untuk Armand.
“Saat kau membaca surat ini, Armand, Aku sudah menjadi wanita simpanan lelaki lain. Hubungan kita sudah usai.
Kembalilah kepada ayahmu, Kawanku, serta kepada saudarimu. Dan, di sana, di sisi gadis muda yang masih suci itu, yang tak mengetahui segala penderitaan kita, kau akan segera melupakan apa yang akan membuatmu menderita gara-gara makhluk penuh dosa bernama Marguerite Gautier, yang pernah kau cintai sesaat dan berutang kepadamu atas satu-satunya saat membahagiakan dalam hidupnya yang, dia berharap, tak akan lama lagi sekarang.” (Hal. 257).
Mereka putus selama-lamanya.
CLOSING
Dalam novel ini, bagian yang sangat-sangat saya benci adalah surat Marguerite kepada Armad. Surat itu mengubah segala-galanya.
Armand yang dulunya sangat mencintai Marguerite, karena darah mudanya, darah balas dendam kepada kekasih yang memutuskannya, tanpa tahu sebab-sebabnya, membuat hari-hari Marguerite semakin sakit dan sakit.
Menjelang ajalnya, karena TBC yang semakin parah, Marguerite tidak berdaya. Raganya rusak oleh penyakit, sedang jiwanya telah hancur karena cinta yang tak bisa ia perjuangkan. Saat-saat seperti ini, semua telah melupakannya, kekasih-kekasihnya dulu, teman-temannya, kecuali adik perempuannya dan pembantunya yang setia di sisinya, merawatnya hingga ajal menjemput.
Sebelum maut memeluknya, ia tuliskan beberapa surat yang berisikan penjelasan-penjelasan, mengapa ia dengan sepihak memutuskan Armand. Surat-surat itu berisi kepedihan dan rasa rindu yang sangat mendalam pada Armand, kekasihnya yang pernah membuatnya bahagia dulu. Surat-surat Marguerite kepada Armand memenuhi dua bab terakhir dalam novel ini yang mungkin membuat pembaca baper.
Impian yang Marguerite inginkan yaitu menemui ajal dalam genggaman tangan kekasihnya, dalam pelukan cinta sejati, pada akhirnya hanya sebuah impian. Marguerite menemui ajalnya di kamar tidurnya, dalam kesepian, meninggalkan surat-surat dan kisah cinta yang memilukan.
Ia merelakan kebahagiaannya demi kehidupan kekasihnya –Armand, yang lebih baik. Ia rela menderita demi gadis suci yang akan melangsungkan pernikahannya. Ia rela mengorbankan jiwanya untuk sesuatu yang tak bisa ia nikmati. Ia hanya bisa mengucap nama Armand di penghujung ajalnya untuk mengantarkannya ke kehidupan abadi.
Novel ini membawa kesedihan yang cukup mengena bagi pembacanya. Bagi saya, roman Laila Majnun ataupun Romeo Juliet masih kalah sedih ceritanya dengan Gadis Berbunga Kamelia ini.
Terakhir, entah kisah ini kisah nyata atau tidak, Bunga Kamelia yang menjadi ikon Marguerite akan tetap bersemi di atas makamnya, sebab penyesalan yang mendalam dari Armand Duval, kekasihnya.