Arsip Tag: -Menulis

MENULIS ITU UNTUK HIDUP SELAMA-LAMA-LAMANYA

tulis

Segala sesuatu yang hidup di atas muka Bumi ini bisa dipastikan akan mengalami yang namanya mati. Semuanya tanpa terkecuali. Tapi perihal kapan dan bagaimana proses mati itu sendiri sungguh tidak ada yang tahu. Satu orang pun.

Saya, Anda, kucing, kambing, sapi, ayam, semuanya pasti akan bertemu yang namanya kematian. Sebuah jalan kepastian yang tidak bisa dihindari, tidak bisa dipercepat, pun tidak bisa diperlambat. Kematian adalah kepastian.

Tapi yang tak bisa dimengerti adalah mengapa ada kesedihan di sana. Mengapa ada air mata. Mengapa ada ratap tangis dan kehilangan di sana. Mengapa ada satu rasa yang ganjil, satu rasa yang hilang. Bukankah kematian suatu kewajaran. Suatu hal yang memang lumrah untuk diterima. Karena pada hakikatnya semua yang hidup akan menjumpai apa yang namanya kematian.

Ternyata oh ternyata, ada satu rasa yang mendasari kenapa beberapa orang merasa sangat kehilangan. Merasa sangat bersedih. Merasa hari-hari kedepannya akan terasa sangat-sangat kurang.

Rasa itu adalah rasa cinta. Rasa yang melahirkan kasih sayang. Rasa yang menumbuhkan rindu. Rasa yang bisa meminimalisir kegelisahan. Rasa itulah yang akan mencuat muncul, bergelora, dan terbakar hebat jika  disandingkan dengan kematian. Karena kematian berarti perpisahan. Berpisah untuk waktu yang lama. Lama sekali.

Begitulah alur keluarnya air mata dan ratap sedih apabila mendengar kabar sebuah kematian. Ada kasih sayang di sana dan ada rasa kehilangan yang dalam.

————————–

Sebagai salah seorang yang pernah bertukar sapa dengan Mas Shiq (Muhammad Liudin), meski di dunia maya, saya cukup kaget dan tidak percaya ketika membaca kabar bahwa Mas Shiq sudah berpulang mendahului kita semua. Beliau adalah kawan saya di dunia kepenulisan WordPress ini. Beliau sering nangkring di kolom komentar tulisan saya. Beberapa tulisan malah saling sapa sok akrab. Padahal belum pernah bersua sama sekali.

Dari seringya Beliau komen duluan, maka tak jarang juga saya blogwalking ke situs Beliau yang sangat-sangat popular itu. Situs yang menyimpan banyak tulisan bermanfaat. Sebuah museum kehidupan dan catatan kesehariannya. Di situlah kadang saya ikut-ikutan nimbrung dan komen sekenannya. Tapi saya kira lebih banyak membaca saja dan tidak ikut mengeluarkan pendapat. Beberapa tulisan memang saya paham dan saya butuhkan, tetapi banyak juga tulisan Beliau yang sulit dipahami dan hanya saya skimming saja.

Begitu menginspirasi bagi saya. Sosok Mas Shiq adalah contoh tauladan untuk terus menulis dan bercerita bagi saya. Beliau punya penyakit Skizofrenia, suatu penyakit yang awalnya ditandai dengan gangguan  proses berfikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan inilah yang kadang memunculkan halusinasi dan paranoid pada Beliau.

Tapi Beliau memilih untuk melawannya. Salah satunya dengan cara menulis. Menulis apa saja. Bahkan Beliau juga sudah membuat beberapa e-book yang dibagikan gratis perihal metode dan cara agar ngeblog jadi asyik khususnya untuk pemula.

Lha iya, begitu gigihnya Beliau dalam berjuang untuk kesembuhannya, setiap hari adalah hari baru dan kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, makanya Beliau selalu mencoba untuk berbagi kebaikan dan manfaat untuk sesama. Beliau tidak menyerah pada penyakitnya.

Beliau optimis untuk bisa sembuh dan bisa menjalani hari-harinya seperti orang-orang kebanyakan. Bisa jalan-jalan. Bisa makan apa saja. Bisa minum apa saja. Bisa tidur seenaknya. Tanpa memerdulikan jam-jam yang di sana ada namanya jadwal minum obat. Jam-jam yang membosankan bagi Beliau (katanya). Waktu yang sungguh membuat Beliau tidak keren.

Kegigihannya inilah yang menyadarkan saya bahwa keterbatasan tidak menghalangi untuk selalu berbagi. Selalu berusaha. Selalu punya harapan dan impian. Punya cita-cita. Kegigihan Beliau seolah cambukan bagi saya, bagi pribadi saya sendiri, untuk tidak menyerah pada keadaan dan keterbatasan.

Terakhir, saya mengucapkan selamat jalan Mas Shiq. Selamat bersenang-senang dengan impianmu yang abadi. Sungguh, saya kira di sana sudah tidak ada lagi dokter, sudah tidak ada lagi obat-obatan, Engkau sudah tidak punya kewajiban untuk membeli buah-buahan di pasar ataupun melayani pembeli lagi. Impianmu telah tercapai, Engkau telah lulus dalam semua ujian di dunia ini. Selamat istirahat. Selamat bersua dengan Kekasihmu. Selamat bercumbu ria dengan Tuhanmu.

Terimakasih telah berbagi pengalaman dan kisah-kisah yang menguatkan. Tulisanmu akan abadi. Hasil karyamu akan mengharumkan namamu. Pengalamanmu akan menjadi semangat bagi beberapa orang di luar sana. Kisah-kisahmu akan menguatkan hari-hari mereka. Sekali lagi terimakasih.

Salam dari saya, kangsole.

 

Iklan