
Apa salahnya jika di awal aku katakan bahwa aku mencintaimu.
Mencintaimu. Tidak ada hal yang menarik di masa muda untuk tetap berseri dan tetap giat bekerja. Sesuatu hal yang magis, yang memberikan berjuta makna serta motivasi untuk terus bergerak dan bernafas.
Tangan Tuhan seluas jagat raya ini. Jika mencoba membayangkan, bayangkanlah Tangan Tuhan sehalus rasa yang tak pernah terlihat namun ada untuk dinikmati. Tangan itulah yang menuntunku, membawaku ke suatu tempat yang gersang dan terhampar luas ilalang kering, menunjukkanku bahwa ada sisi lain dunia ini yang indah tanpa ada warna hijau.
Aku berjalan pelan mengikuti irama nadi dan angin yang bersahaja. Membelai awan dan menikmati setiap langkah yang kuinjakkan. Aku menghitung setiap bunga ilalang yang berguguran di sapa lembutnya angin. Mencoba menangkapnya dan akan aku bawa pulang untukmu di rumah. Aku tahu ini indah. Lebih dari sekadar indah. Menakjubkan.
Tuhan tak serta merta memberitahuku bahwa tempat tersebut hanyalah sebuah perantara. Sebuah ilusi mimpi tentang keindahan kehidupan dalam sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Seakan nyata aku telah tersihir oleh apa yang terlintas dalam benakku. Menjadikannya impian untuk bersua antara aku dan kamu. Menikmati senja yang dibalut oleh tasbih-tasbih rerumputan yang habis disiram oleh kerinduan akan hujan. Memperkirakan sepersekian detik dan menghitung bersama denganmu untuk menyaksikan malam berganti. Agar kau tahu itulah ujung hari yang indah dan kita telah bersama menikmatinya.
Aku telah mencintaimu. Bahwa aku telah mencintaimu sejak engkau dalam bayang-bayang mimpiku. Tuhan telah menuliskannya dengan jelas takdirku dan takdirmu. Dan saat ini takdirku adalah mencintaimu. Membawamu ke dalam mimpi-mimpiku dan menyulam wajahmu dalam setiap kepingan rindu dalam hatiku.
Aku sepenuhnya tahu ini tak pantas. Aku juga sepenuhnya tahu bahwa ini belum waktunya. Tapi apa salahnya jika aku di awal mengatakan bahwa aku mencintaimu.
Kau perlu tahu bahwa orang yang mencintai adalah orang yang paling bahagia. Yang bisa menikmati kerinduannya dan cintanya bersama malam dan hujan. Merasakan nikmatnya memimpikan kekasih pujaan bersama secangkir kopi. Menafsirkan kesepian dan kehampaan dengan sajak dan puisi.
Kau juga perlu tahu, sesingkat apapun kau datang dalam mimpiku, itu sungguhlah berkah Tuhan tersendiri bagiku. Barangkali hanya lewat mimpilah aku bisa bercakap denganmu. Membelai wajah cantikmu untuk mengobati rasa rinduku. Dan akan aku ajak kamu menikmati indahnya bunga ilalang yang seperti salju. Melambai ria penuh dengan senyuman Tuhan yang tersamarkan. Aku akan memegang tanganmu dan kita akan menari bersama di bawah alunan musik alam yang mendayu-dayu.
Percayalah, aku masih mencintaimu. Hingga di akhir katapun aku tidak akan pernah bersalah jika aku tetap mencintaimu.
Yogyakarta, 12 April 17