Desemberku

Kabar darimu telah kutunggu sejak hari-hari yang lalu. Di persimpangan, di tepi sungai, dan di dermaga-dermaga telah kutunggu perihal harum namamu.

Tasbih yang melingkar di leherku, sajadah yang terhampar di lantai-lantai pertapaanku, dan butiran airmata yang menguap memenuhi ruang pengasinganku, adalah memori-memori abadi yang tak bernafas. Yang menjadi teman sejati dalam merengkuh doa-doa samawi. Saksi abadi bahwa aku adalah pecinta sekaligus perindu yang pernah memuja dan menari bersama harimu.

Desember, perlu engkau tahu, jari-jari tanganku pernah bergetar hebat. Jantungku ini pernah berdetak lebih cepat dari detik arlojiku. Debar hatiku pernah menjadikanku manusia setengah limbung. Tubuhku yang kurus ini pernah terkapar dalam dekapan hari-harimu. Perlu engkau tahu, surga pernah berada di dadaku ketika engkau menyapa, tersenyum, bertukar kata dengan jiwaku yang lemah ini.

Janji-janji indah para penenun malam yang kesepian pernah terukir dalam bingkai indah pesonamu. Menjadikanmu pujaan sekaligus kekasih yang dapat menawar segala rindu yang mendera. Menjadikanmu tempat dan waktu terindah untuk bersua di taman-taman mawar nan harum.

Akulah penikmatmu, Desember. Bersama dengan fajar yang keunguan, bersama dengan burung-burung Gereja, bersama daun-daun yang bersemi, aku setiap pagi menari. Bersulang dengan syair-syair cinta. Berbagi cawan yang berisikan anggur-anggur termanis. Bersenandung nada-nada para pujangga. Kami berbahagia di kedalaman jiwa dan hati kami.

Bila harimu diantar oleh tetesan-tetesan gerimis. Diiringi oleh simphoni alam. Maka kan kusambut harimu dengan sajak dan puisi dari Tuhan. Dengan secangkir semesta yang beraromakan wewangian surga. Dengan sisa-sisa rindu semalam yang masih memenuhi ruang kalbuku yang tak berdinding dan berpintu.

Kusampaikan ini untukmu yang lebih sejati dari diriku. Bersama kata yang terjalin indah dari lembah dan bukit hati seorang pecinta. Aku tak lebih dari seorang perindu. Seorang penyair yang kehabisan kata karena apimu telah membakar urat-urat lidahku.

Tetaplah bersua dengan ruhku. Berjanjilah menyimpan semua kenangan yang pernah menjadikanku seorang linglung yang mabuk asmara. Teruslah mempesona.

Adalah aku yang tak pernah kecewa bersanding denganmu. Yang menjadikanmu paling istimewa diantara kerabatmu.

Adalah aku yang pernah melayang di pangkuanmu. Yang didekapanmu kulantunkan bait-bait indah dari penyair terbaik. Kubisikkan doa-doa yang menghujani langit.

Sungguh. Aku bahagia pernah berbagi cerita di keping harimu.
Yogyakarta, 12 Desember 2016

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s