Pertama, sebuah kehormatan bagiku untuk bisa menikmati kerinduan ini. Di sela-sela waktu sibukku di langkah-langkah cepatku dan di malam-malam sepiku, semua terasa lebih berwarna untuk sebuah nama yang pabila terucap akan tercipta debar yang menggema.
Sebuah rasa yang tak terdefinisi oleh kata dan ucapan. Rasa yang tersembunyi oleh keyakinan dan cita. Mengadopsi takdir Tuhan yang telah tertulis rapi di langit-langit malam para pecinta.
Kedua, bahwa hal yang paling menjengkelkan juga kunikmati adalah meramu kata untuk hal yang tak tersentuh. Untuk keindahan di atas sana yang lebih gemerlap daripada bintang. Untuk sesuatu yang lebih berharga daripada mutiara dan permata. Untuk hal yang lebih luas dari samudra dan lebih dalam dari apapun.
Penyair mana yang dikenal dalam sejarah tanpa adanya kerinduan yang menyertainya?
Kerinduan memang hanya sebuah kata, tidak lebih. Bahkan, ada yang bilang hanya sebuah rasa, bukan cinta. Jika itu tak tersampaikan, serasa putaran bumi seakan melambat dan merusak tatanan keistimewaan semesta. Itu sungguh rasanya tak mengenakkan. Yang rindu, yang menderita.
Maka, kata adalah sebuah wadah pelarian. Rangkaian kata adalah representasi dari ketidakadilan perasaan. Gampangkan saja, bahwa rindu dapat diobati dengan kata. Ramuan kata-kata diakui sebagai pelarian sekaligus penawar derita yang memilukan. Semakin indah kata yang digubah, katanya semakin besar rindu yang dipelihara.
Ketiga, bahwa realita kehidupan telah menghapus jelas delusi bayangmu. Yang kadang aku meracau di balik anggunmu, kini aku hanya bisa mengigau di antara cerita tentangmu. Yang dulu aku berjalan di sisimu, kini aku hanya bisa mengingat langkah-langkah itu dan melukis jejak-jejak candamu.
Kehidupan punya ceritanya sendiri. Pun rindu, juga punya cerita tersendiri. Kehidupan telah mencipta rindu untuk menghidupi yang merindu. Dan ketika kerinduan itu hidup, maka hiduplah sang penikmat rindu.
Terakhir, maka aku akan keluar. Menatap bintang-bintang itu, sendiri di seluk malam paling sunyi. Menangkupkan kedua tangan dan membenamkannya dalam dada. Mengingat parasmu dan tawamu. Merapalkan doa-doa suci ajaran Ilahi. Menitipkannya pada satu bintang yang paling terang, hingga shubuh menghampiri.
Kemudian, aku tahu bahwa malam ini aku telah merayakan sebuah kerinduan.
Aduh Kang, diksinya, saya suka :’)
SukaSuka
Ah, Mbak Rissaid bisa aja. Hehe.
.
Makasih kunjungannya Mbak.
SukaSuka
duh bahas rindu, tak ada kata yang selesai jika membicarakan rindu.
ajarin cara merayakan rindu tanpa mengingat masalalu yang sendu dong kak wkkwkw
SukaSuka
Wah. Mana bisa begitu Mbak. Wkwk.
Masalalu adalah masa terindah untuk mencipta rindu dan menjalin kenangan. Asalkan saja, jangan berakhir sendu nan pilu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Selamat Hari Raya Rindu 👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Perlu dirayakan bareng-bareng. Wkwk
SukaSuka