Title: Are You The Piece of My Puzzle?
Author: Nicko Zainnanda
Page:126 p (A4)
Are you the piece of my puzzle?
Puzzle adalah kehidupan. Setiap keeping sangat berarti. Entah keluarga, sahabat, atau bahkan cinta. Sebenarnya sejak awal membeli, bentuknya sudah diketahui. Sehingga ketika menyusunnya lagi, kita tidak perlu takut gagal. Seperti Tuhan yang sejak awal telah menentukan takdir. Kita hanya tidak perlu meragukannya saja. ~Syifana.
Kisah romansa antara dua pribadi yang saling bersahabat sejak kecil. Mereka bersahabat sejak Jamal pindah ke Kota Jogja untuk suatu alasan dan tidak disangka rumahnya berdampingan dengan gadis kecil seumuran dengannya bernama Zahra. Dari kecil mereka selalu bersama hingga umur mereka menginjak remaja. Kedekatan dan kebersamaan yang melingkupi mereka berdua akhirnya menumbuhkan benih-benih cinta di hati masing-masing.
Meskipun Zahra sering sekali berpacaran, dia juga sering merasakan patah hati akibat putus cinta. Sebagai sahabat yang akrabnya bisa dikatakan kelewat batas, Zahra pun setiap kali patah hati selalu mencurahkan keresahan hatinya pada Jamal. Begitupun dengan Jamal, setiap keluhan dan resahan yang disampaikan Zahra perihal cinta dan patah hati, Jamal seakan menjadi sahabat yang baik. Jamal menjadi pendengar yang baik, yang kadang kala memberikan saran serta solusi untuk cinta yang mematahkan hati Zahra, sahabatnya. Padahal dalam hatinya, ia selalu patah hati dan tak sabar menunggu untuk menjadi pacar Zahra.
Berapakalipun Zahra jatuh cinta dengan orang lain, Jamal selalu setia menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya kepada Zahra. Ia mengambil pelajaran dari patah hatinya Zahra, Ia mempelajari sosok lelaki seperti apa yang bisa membahagiakan Zahra, Ia mengingat detail hal apa saja yang Zahra tidak sukai dari pacarnya. Semua itu Jamal persiapkan untuk memantaskan diri jika suatu saat nanti dia menjadi kekasih yang bisa memiliki Zahra seutuhnya. Tidak hanya sebatas sahabat.
Walau bagaimanapun cinta, apabila tidak segera dikatakan, selalu ada cinta lain yang mendahuluinya.
Selepas dari bangku SMA, Zahra melanjutkan studi di Kedokteran UGM. Sedangkan Jamal sahabat karibnya harus pergi ke Solo untuk studi di UNS mengambil Jurusan Ekonomi. Sebenarnya cerita tidak hanya membahas persahabatan dan kisah cinta mereka berdua. Ada karakter-karakter lain yang menjadi sahabat karib mereka berdua. Dan mereka semua juga melanjutkan studi masing-masing di kampus dan jurusan yang mereka sukai. Semuanya mendapat kebahagiaan masing-masing dari cipratan kedua tokoh utama dalam novel ini.
Baru beberapa semester masuk kuliah, Zahra ternyata sudah jatuh kepelukan orang lain yang lebih gagah, lebih ganteng dan lebih senior dari Jamal. Hari-hari Zahra dipenuhi dengan kisah cintanya dengan Deva, pacar barunya. Kisah cinta mereka berjalan cukup lama sampai suatu waktu ketika Deva sudah lulus dari kedokteran dan sudah mengabdi di salah satu rumah sakit, mereka merencanakan pernikahan. Zahra merasa sangat bahagia karena dia bisa bersanding dengan pahlawan pujaan hatinya.
Bagaimana dengan Jamal?
Perkuliahan yang banyak menyita waktu membuat Jamal harus balik ke Jogja hanya sepekan sekali. Diawal masa-masa pengenalan kampus, dia tidak sengaja berkenalan dengan gadis bernama Syifana, gadis cantik dari Bandung. Jamal tak menyangka setelah beberapa hari bersama dengan Syifana, banyak sekali kejadian dan kebersamaan hingga Syifana menyatakan cinta pada Jamal. Pada mulanya Jamal menolaknya, karena tempat yang ada dalam hatinya sudah terisi dengan sosok gadis bernama Zahra. Jamal mengatakan bahwa dia sekarang ini sedang menunggu sahabatnya sejak kecil dan sudah memendam rasa suka begitu lama. Padahal waktu itu Jamal mengetahui bahwa Zahra hanya sebatas berpacaran dengan salah satu seniornya, tanpa tahu kelanjutan kisah cinta Zahra yang sudah sampai ke tingkat perencanaan pernikahan.
Perasaan yang ada dalam hati dan jiwa Syifana berubah menjadi sebaris kata-kata yang ia sampaikan pada Jamal, bahwa ia akan terus menunggu sama seperti Jamal yang menunggu Zahra.
Kejarlah cintamu itu. Jika kau lelah berhentilah. Kelak, ketika kau berhenti, mungkin saja aku berhasil mengejarmu. ~Syifana.
Ini pertama kalinya saya membaca novel yang belum berbentuk sebuah buku. Alias novel ini belum masuk ke penerbit. Novel ini saya dapatkan langsung dari penulisnya ketika kami tidak sengaja bertemu di sebuah workshop kepenulisan di Jogja. Saya ketika itu lagi minat-minatnya membaca, jadi tidak salah jika saya langsung mau ketika ditawarin untuk mencoba membaca novelnya.
Pendapat saya sebagai seorang pembaca (bukan editor loh ya) novel ini pembawaanya ringan karena kejadian-kejadian yang digambarkan dalam novel ini sering terjadi di sekeliling kita bahkan tak jarang kita juga melakukannya. Penggunaan diksinya juga dalam merangkai setiap kepingan cerita membuat novel ini mudah diikuti dan dipahami.
Tapi mungkin novel ini belum 100% di edit oleh penulisnya, karena masih ada beberapa kata berulang, kata yang typo, dan beberapa kalimat yang menggaggu. Selebihnya bagus dan apik sekali.
Beberapa kali saya tersenyum dan tertawa ngakak pada bagian-bagian konyol cerita dalam novel ini. Beberapa kali juga saya merasakan sesak dalam dada ketika harus membaca kepiluan yang tercipta dalam setiap untaian kata dan kalimatnya.
Apresiasi setinggi-tingginya untuk penulis novel ini yang mampu menghadirkan romansa dalam persahabatan yang seharusnya bersama selama-lama-lama-lamnya, tapi harus berpisah untuk menghormati sebuah hubungan yang terlanjur dibina dan tumbuh subur di salah satu jiwa diantara mereka.
Namun, dalam sebuah dugaan selalu ada dua kemungkinandi dalamnya, yaitu benar dan salah. Ketika benar, maka ia akan bahagia. Ketika salah, bukan berarti dia tidak bahagia. Kebahagiaannya hanya akan tertunda sampai menemukan kepingan puzzle yang tepat. Yang sekali lagi, sudah ditentukan sejak awal sehingga tidak perlu diragukan keberadaannya. ~Jamal.
Januari, 2017.