Review: Inferno by Dan Brown | Kisah Kegilaan Seorang Peneliti yang Ingin Manusia Punah

Title: Inferno
Author: Dan Brown
Publisher: Bentang Pustaka
Published: 2013
Page: 644 p
ISBN: 9786027888555

Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral.

Adalah Robert Langdon yang menjadi pemeran utama, pemecah teka-teki yang diberikan oleh penulis melalui perilaku Bertand Zobrist yang gila akan kepunahan manusia di masa depan. Di bantu Sienna Brooks yang menjadi teman perjalanannya di berbagai negara untuk memecahkan masalah serius yang ditimbulkan oleh Zobrist. Dari Kota Florence, Italia berpindah sejenak di Kota Venesia, hingga cerita berakhir di Museum Hagia Sophia yang megah yang menjadi ikon utama di Negara Turki.

Karya novel yang mengangkat fakta nyata sebagai permasalahan umat manuasia, dibungkus dengan alur cerita yang bersifat fiksi, dibumbui dengan penceritaan karya-karya asli beserta detailnya, Dan Brown seolah tahu kebutuhan pembaca akan kemegahan karya-karya tersebut dan menuangkannya menjadi sebuah buku tebal yang sayang jikalau belum membacanya.

Keterlibatan Direktur WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) beserta salah satu tim ahli penanggulangan penyakit milik Eropa menjadikan fiksi ini lebih menegangkan karena tidak hanya segelintir orang yang akan mendapat dampak dari kegilaan Zobrist melainkan seluruh jagad raya dan masa depan umat manusia yang akan merasakan dampaknya.

Kesan pertama ketika selesai membaca karya Dan Brown yang berjudul “Inferno” ini adalah wow. Menakjubkan dari setiap sisi, pemilihan katanya, penyususnan kalimatnya, bahkan begitu lengkapnya karya-karya yang diceritakan seolah-olah pembaca melihat sendiri karya tersebut.

Butuh waktu agak lama untuk menyelesaikan pembacaan fiksi sejarah tersebut. Setidaknya ada 104 Bab dalam 333 halaman yang harus dibolak-balik dan dipahami alur ceritanya. Sebuah karya yang syarat akan rahasia di bab-bab awal dan penjelasan serinci-rincinya di bab-bab akhir. Seolah-olah pembaca digiring untuk menuju gua gelap, kelam, dan tak jelas tempatnya, tetapi setelah sampai di mulut gua pembaca dibelokkan menuju jalan setapak sejuk penuh pepohonan rindang yang disamping jalan tersebut terpampang jelas tulisan yang menunjukkan jalan menuju rumah.

Yang paling berkesan dalam menulusuri lembar demi lembar Infernonya Dan Brown adalah mengetahui bahwa pada masa dahulu di daratan Italia pernah hidup seorang filsuf sekaligus seniman bernama Dante Alieghiri yang melalui Novel Inferno diceritakan bahwa salah satu karyanya pernah membuat jama’ah di Vatikan membludak untuk beribadah di gereja-gereja. Hal lain yang mengesankan adalah mengetahui kemegahan karya-karya seni di Florence, Venesia, dan di Turkey.

Penasaran, Bahagia, Sedih, dan masih banyak rasa lagi yang tidak bisa dipisah-pisahkan ketika cerita sudah memasuki bagian Epilog. Ada begitu banyak pertanyaan yang menggantung saat tulisan itu sudah habis lembarannya untuk dibalik lagi. Ya itulah Infernonya Dan Brown. Wow.

Februari, 2015

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s